Perkembangan Bisnis Garmen Terkendala Bahan Baku

Perkembangan Bisnis Garmen
Ketersediaan bahan baku masih menjadi kendala klasik yang dialami para pengusaha garmen di Kota Malang. Akibatnya, para pengusaha garmen mesti mencari maupun mendatangkan bahan baku dari luar daerah.

Seperti yang diungkapkan Dodik Hariono, pengusaha garmen skala rumahan di Jalan Lesanpuro Gang II. Menurut dia, saat ini di Kota Malang sudah terdapat sejumlah toko penyedia bahan baku, tapi rata-rata belum lengkap. ”Untuk bahan, seperti aksesori, rata-rata stoknya sedikit.

Jadi, kalau pesanan banyak harus cari ke Surabaya, Sidoarjo, maupun mendatangkan bahan dari daerah lain,” ujar Dodik. Aksesori yang dimaksud, di antaranya, kancing baju, zipper atau resleting, kain fosfor scootlite, dan lain-lainnya.

Bapak dua anak ini mengaku usahanya terus berkembang dalam kurun enam tahun terakhir. Usaha garmen yang memiliki 14 pekerja itu bisa menghasilkan sekitar 200 item produk per hari. ”Kapasitasnya berbeda-beda. Selain bergantung pesanan, juga bergantung pada jenis pakaian,” terangnya.

Untuk jenis kaus, setiap karyawan dapat memproduksi antara 30–40 buah per hari. Sementara untuk produk yang lebih rumit seperti kemeja maupun celana, produksinya hanya mencapai lima buah per hari untuk setiap karyawan.

”Saat ini harga bahan naik semua, jadi kalau mesti mendatangkan dari luar kota, ada tambahan biaya transportasi juga,” terang pria berusia 38 tahun tersebut.

Kenaikan itu terjadi sekitar awal 2017 lalu. Dodik mencontohkan, untuk saat ini bahan jenis drill mengalami kenaikan harga Rp 1.000 per meter. Dari harga semula Rp 24 ribu, menjadi Rp 25 ribu per meter.

Kain drill tipis biasanya digunakan sebagai bahan pakaian seperti kemeja, jaket safari, blus, dan pakaian olahraga. Sementara harga bahan kaus naik antara Rp 2–Rp 4 ribu per kilogram. Misalnya untuk kain cotton combed naik dari harga Rp 90 ribu menjadi Rp 94 ribu per kilogram.

Selama ini selain dipasarkan di Kota Malang, produk milik Dodik ini juga dikirim ke berbagai daerah. Di antaranya, Balikpapan, Banyuwangi, hingga Kalimantan.

Pemasarannya pun dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari door-to-door dari perusahaan ke perusahaan, maupun melalui penjualan online. ”Kami harap ini juga menjadi perhatian pemerintah.

Barangkali ada bantuan subsidi maupun penyediaan pusat bahan baku untuk menunjang usaha-usaha menengah yang mulai berkembang,” terangnya.

sumber : https://goo.gl/7MWhwi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berwisata Sembari Keliling Kota Naik Aryo Blitar

Beli Tiket Pesawat Tanpa KTP?

Tips Liburan Murah dengan Kapal Pesiar